Berjalan Menyusuri Malam

Malam hampir menjelang dini hari, langit hitam kelam. Tiada bintang yang bertebaran, atau bulan yang bersinar seutuhnya atau hanya secekung sabit, atau pernak-pernik lainnya di langit yang sunyi.

Begal

Ada agetne tiang malajah silat uli cerik. Agetne matumpuk, bapan tiange padidi ane dadi gurunne.

Berbagai Bangunan Kuno di Amerika Based on "(500) Days of Summer" Movie

berikut adalah berbagai bangunan tua yang masih dilestarikan untuk tujuan wisata di amerika. Bangunan-bangunan ini terlihat sangat indah

Cinta Seorang Gadis Cantik

saat matahari berada pada titik tertinggi, tepat di atas kepala. Pada saat itulah aku merasa sangat cemas pada keadaanku. Pada tubuhku yang mulai tak biasa.

Pilih yang Mana: Mencintai atau Dicintai?

Berbicara tentang cinta memang menyenangkan, apalagi jika kita menjadi pelaku di dalamnya. Merasakan cinta adalah anugrah yang diberikan Tuhan pada manusia.

Rabu, 25 Januari 2012

Sajak-sajak Putu Gede Pradipta

Musim Tanam

ia tanam benih rindu
pada bilik jantungku
ditancapnya dalam-dalam
meski ini adalah musim
teramat kering
dan ia pun berharap
setulus bagaimana ia berdoa
bahwa bunga pertama nanti
mekar kelopaknya
menetaskan kupu-kupu

2012


Riwayat Buah

sewaktu dahulu
menjadi bunga
wajah ini sungguh
membuat kalian ingin tahu
dan berkunjunglah
para pemilik sayap masuk
meritualkan rahasia hidup
nafas-nafas yang redup
hingga kini kami
menjadi sebentuk buah
menunggu debar dalam hati
kian utuh bertumbuh
lalu memilih hari baik
untuk kemudian tanggal
jatuh mencium tanah
atau di curi tangan kalian
sebelum waktunya

2012


Matahari Dalam Hati

di dalam hatiku ini
ada sebentuk matahari
redup dan tanpa binar
berselimut awan abu-abu
bila engkau masuk
sekedar berkunjung
meluangkan waktu sejenak
telusuri kedalamannya
mungkin saja nanti di sana
bertemu dengan yang kusebut
si matahari itu
maka jangan sekali-kali
atau segan untuk
menyalakan apimu
sebelum hendak menyentuh
apalagi membawanya pulang
ke palung dadamu

2012


Kertas Bercerita

kertas-kertas yang tergenggam
erat di tangan kanan dan kiri
pernah bercerita siapa dirinya
langsung kepada si pemiliknya
bahwa ditubuhnya terbingkai musim 
yang dipenuhi ranum sajak

2012


Pagi Resah

pagi yang meresahkan
sungguh teramat redam
bagiku yang dilanda pilu
langit tak nampak biru
matahari lenyap sembunyi
kicau burung tertelan sepi
awan mendung menebal
hujan cepatlah turun
larutkan bait-bait dukaku
yang lebam biru
mengental batu

2012



Putu Gede Pradipta tinggal di Denpasar. Karya puisinya lebih banyak dipublikasikan di media online dan juga lolos kurasi TSI-4.

Selasa, 27 Desember 2011

Rocky (1976) : Film Inspiratif Sepanjang Masa

Rocky adalah film drama amerika bertema sport-drama yang disutradarai oleh John G. Avildsen dan ditulis serta diperankan oleh Sylvester Stallone. Film ini menceritakan tentang kisah cinderella seorang debt collector tak berpendidikan tetapi memiliki hati yang baik, Rocky Balboa yang menjadi petinju kelas berat terkenal. Film ini sungguh menyentuh, penuh dengan semangat yang saya yakin mampu mengubah banyak orang yang menontonnya menjadi pribadi yang lebih baik.
Plot
Pada bulan november 1975, Rocky Balboa diperkenalkan sebagai petinju italia amatir miskin dan debt collector untuk anthony Gazzo, lintah darat, yang tinggal di pemukiman Kensington di Philadelphia. Pada saat bersamaan pemenang tinju kelas berat, Apollo Creed sedang mencari lawan baru untuk menggantikan petinju yang seharusnya melawannya pada awal 1976 yang saat itu sedang mengalami cedera. Apollo mengadakan audisi untuk memberikan kesempatan petinju-petinju amatir untuk melawannya.
Rocky yang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu memutuskan untuk berlatih keras dan menyewa petinju kelas bantam serta pemilik gym, Mickey Goldmill. Rocky juga didukung oleh teman baiknya Paulie, seorang pekerja di pabrik pengolahan daging, yang membiarkan rocky memukul potongan daging yang tegantung membeku di freezer untuk latihan. Selama latihan, Rocky berkencan dengan saudara perempuan Paulie yang pemalu dan pendiam, Adrian yang bekerja di toko binatang piaraan. Pada malam sebelum pertandingan, Rocky meyakinkan Adrian bahwa ia tidak berharap untuk mengalahkan Creed, dan apa yang dia lakukan hanya bertahan selama 15 ronde (ronde maksimal yang diperkenankan dalam tinju) untuk membuktikan bahwa Rocky bukanlah seperti petinju amatir lainnya.
Pada hari tahun baru, pertandingan tinju antara Creed dan Rocky pun dimulai. Awalnya, Apollo Creed tidak menganggap pertandingan ini secara serius, dan rocky secara tidak disangka-sangka menjatuhkannya pada ronde pertama. Merasa dipermalukan, Creed menjadi serius dan membuat pertandingan semakin memanas. Rocky muncul sebagai petarung yang tidak kenal menyerah, jatuh berkali-kali, namun tetap diakhiri dengan bangkit kembali, bertahan sampai ronde terakhir. Kedua petinju mengalami cedera yang serius, Creed pada rusuknya dan Rocky pada mata dan hidungnya. Saat bel ronde terakhir berbunyi, Creed berteriak “ Ain’t gonna be no rematch” dan kemudian dijawab Rocky “ Don’t want one.” Setelah pertandingan yang melelahkan, Rocky berteriak memanggil Adrian, yang baru berada disana dan menuju ring. Ketika juri mengumumkan pemenang pertandingan tersebut, Rocky dan Adrian mengungkapkan perasaan mereka tanpa menghiraukan hasil pertandingan yang dimenangkan oleh Creed.
Berikut adalah fakta-fakta unik mengenai film Rocky:
  1. Film ini berbudget kurang dari $1 juta dan dilakukan hanya dalam waktu 28 hari. Walaupun berbudget sedikit, Rocky menciptakan hit dengan membuat uang berbalik sebanyak lebih dari $225 juta, menjadikannya film berpendapatan kotor tertinggi tahun 1976, (merupakan film keenam sepanjang masa dengan penghasilan balik terbesar) dan memenangkan tiga oscar termasuk didalamnya best picture. Film ini mendapatkan banyak pujian bagus dan telah membuat 5 sekuel : Rocky II, III, IV, V, dana Rocky Balboa.
  2. Karena berbudget rendah, anggota keluarga stallone membantu dalam peran-peran kecil. Ayahnya membunyikan bel yang memulai dan mengakhiri ronde, saudara laki-lakinya Frank, bermain sebagai penyanyi jalanan, dan istri pertamanya Sasha, sebagai fotografer.
  3. Ketika syuting pertandingan akhir, baik Stallone dan Weather (pemeran Apollo Creed) mengalami cedera. Stallone cedera pada rusuk dan Weathers cedera pada hidung, cedera yang berlawanan dengan karakter yang mereka perankan.
  4. Kencan pertama antara Rocky dan Adrian, dimana Rocky dan Adrian skating pada jam tutup di lapangan skating merupakan tuntutan budget yang tipis. Adegan ini awalnya direncanakan dilakukan pada jam kerja biasa, namun karena banyaknya dana ekstra yang diperlukan untuk itu, maka tidak jadi dilakukan.
  5. Stallone terinspirasi membuat cerita ini dari pertandingan terkenal antara Muhammad Ali dan Chuck Wepner pada tahun 1975. Wepner TKO pada ronde 15 oleh Ali, tetapi tidak ada yang mengira Wepner dapat bertahan selama itu. Pada interview tahun 2000, Wepner bercerita bahwa Stallone pernah menghubunginya kira-kira dua minggu setelah pertandingannya dengan Ali tersebut dan berkata bahwa ia akan membuat film tentang itu.
  6.  Adegan yang terkenal saat Rocky berlari di sepanjang tangga di Philadelphia Museum of Art telah menjadi ikon kultur. Pada tahun 1982, patung Rocky ditempatkan pada puncak langkah rocky sebagai bentuk penghargaan kepada Rocky dan Stallone atas image kota tersebut.

Rabu, 07 Desember 2011

3 Puisi Putu Gede Pradipta

Hikayat Kecoa
 
Ia serupa perangkak
Dengan 3 pasang kaki penumpu
Membawa tubuh pipih memanjangnya
Menyusur malam ke malam
Tiada henti
Hanya demi sesuap
Serasah kamboja mati
 
Ia tahu betul
Akan situasi yang menguntungkan
Maka ketika pagi datang
Lenyap sudah
Tiada gelagatnya lagi
 
Dan setiba malam turun
Maka ia bangun dari semadi
Bergerak kembali
Tiada henti
Untuk sekali lagi
Mengincar kamboja mati
 
2011
 
 
Kuningan XXIII
 
Purnama adalah bahasa
Ia jatuhkan mata cahaya
Agar kita tulus mengerti
 
Sekalipun dalam mimpi
Kita yang dilanda gigil
Cahaya tetap sampai
 
Dalam perayaan ini
Banyak doa terberi
Pada si pemilik jagat
 
Di sebuah pelataran pura
Berteman nyala dupa
Dan bunga segala warna
 
Mulailah berkidung sepi
Katakan mengapa kita
Masih percaya pada puisi
 
Mengapa bukan lidah kata
Sekedar gaya ucap makna
Godaan nalar belaka
 
Sebelum dada beku
Dikutuk oleh waktu
Mari melangkah maju
 
Denganku yang berpuisi
Kita merayakan purnama
Menampung semua cahaya
 
15 Juli 2011–16 Juli 2011
 
 
Galungan XXIII
 
Serupa jelujur bambu
yang segera ditancap
di depan gerbang  rumahmu
menghadap arah jalan
 
Begitu mudahnya
ada kedatangan dan kepergian
 
Begitu pula ketergesaan melanda
dengan getar lagu balada
dengan siul layu janurnya
 
Senja memasuki tubuhmu juga
yang tanpa pintu
angin berhembus aku tertembus
aku berikan semesta
memberkati nafas kita berdua
 
Bagaimana kini kau tahu
usahaku yang melengkung
mencapai ketinggian angin
 
Meski limbung
senantiasa juga singgah
merebah di dahan-dahan
 
Langit luas. Langit begitu luas di atas
burung dan hutan di seberang
 
Di sini tanah memeram akar
menyerap petuah kata
menyimpan hujan air mata
 
5 Juli 2011 ̶  6 Juli 2011
 
 
Puisi di atas dimuat di Kompas.com

Senin, 05 Desember 2011

Seandainya waktu adalah...


Seandainya waktu adalah aliran air. Tentunya waktu dapat berbelok arah bahkan berbalik. Jika waktu dapat dibengkokkan, maka akan ada orang yang waktunya lebih lambat dari yang lain. Orang-orang itu adalah mereka yang berada di jarak terjauh dari muara yang harus mencapai suatu titik lebih lama daripada kerabatnya yang lebih pendek. Apa yang terjadi dengan orang-orang pada waktu ini?
Mereka akan menjalani segala sesuatunya dengan lambat sekali. Menikmati masa muda lebih lama. Bercengkerama dengan kekasih dengan leluasa. Tertidur tanpa buru-buru terlambat. Mereka berpikiran bahwa hidup harus dinikmati. Bahwa waktu sangat melimpah bagi mereka.
Berbeda dengan orang-orang yang berada di jarak tersempit dari pusat. Besi yang memadat. Waktu bak pelari yang siap menerkammu bila kamu ketinggalan. Mereka yang hidup di daerah ini adalah orang-orang efisien. Mereka harus menyelesaikan semuanya sebelum hari berganti. Mereka tahu waktu mereka tidak banyak.
Suatu saat kedua waktu ini berjalan beriringan. Seperti halnya dua aliran sungai yang saling bertemu. Tentu mereka akan berbicara tentang pengalaman mereka masing-masing. Si A dari waktu adalah harta tak berbatas, akan mengatakan bahwa mereka menceritakan seberapa banyak kenikmatan yang mereka dapat. Sementara si B dari waktu adalah tabungan yang harus disimpan menceritakan seberapa banyak yang telah mereka raih.
Masing-masing punya alasan mengapa mereka menyenangi kehidupan mereka. Sama seperti dunia ini, ada yang berjalan lebih lambat namun dapat melihat bunga bermekaran di taman, sementara ada yang berlari karena sudah tahu apa yang mereka tuju. Toh pada akhirnya aliran-aliran ini akan sama-sama menuju sang pengumpul. Bahwa mereka akan menuju ketiadaan. Ketika ketinggian tidak lagi berperan. Ketika waktu menjadi tak berharga. Ketika semua menjadi tiada.

Seandainya waktu dapat dimanipulasi. Waktu tidak lagi bergerak sendiri dengan kecepatan konstan tanpa batas waktu yang ditentukan. Waktu dapat diatur seperti kita memencet remote pada televisi. Dia dapat mundur, maju, berhenti, dipercepat, atau diperlambat. Jika seseorang menekan tombol dipercepat, dia akan terlempar ke masa depan tanpa banyak mengetahui seberapa banyak jalan yang ditempuh. Dia akan mendapati dirinya telah menjadi tua dan menyesali waktu yang tidak dinikmati. Jika orang itu memencet tombol rewind (mundur) waktu akan menggelinding ke belakang. Air hujan yang jatuh kembali keawan. dia akan mendapati dirinya menjadi lebih muda dan kuat. Tapi ada dilemma disini, orang tersebut tidak akan berani untuk bertindak karena takut masa depan yang terjadi tidak mereka inginkan. Pada akhirnya mereka akan hidup dengan ketakutan karena pengetahuan mereka. Jika orang tersebut menekan tombol memperlambat, karena kebahagiaan yang mereka dapat sekarang tidak ingin hilang lebih cepat, mereka akan mendapati bahwa mereka berada dalam pelukan yang terkasih lebih lama. Bahwa senyum anak yang menggetarkan tidak akan hilang, kejadian ini lama sekali. bahagia menjadi biasa. Dan akhirnya tidak ada lagi kebahagiaan.

Banyak yang menganggap kembali ke masa lampau adalah hal yang mustahil. Karena jika anda terlempar ke masa anda masih remaja, maka dalam riwayat waktu anda saat remaja ada seseorang yang merupakan diri anda di masa depan. Seandainya anda di masa depan bertemu dengan anda di masa remaja, maka anda di masa remaja akan mengingat kejadian tersebut. Mungkin sekali bahwa anda dari masa depan telah tahu bahwa anda akan bertemu anda yang masa depan saat anda masih remaja. Sementara anda masa remaja yang anda dari masa depan temui kemungkinan besar akan menemukan mesin waktu dan menemui anda dari masa lalunya. Tapi bisa saja semua itu tidak terjadi. Anda dari masa depan bisa saja membuat mesin waktu bukan Karena melanjutkan riwayat ditemui dari masa lalu dan belum tentu anda masa remaja akan membuat mesin waktu. Disini anda bukan satu orang. Anda adalah tidak terbatas yang hidup berbeda di dimensi yang berbeda. Seperti anda bercermin sambil membawa cemin.
Terinspirasi dari buku mimpi-mimpi Einstein.   

Minggu, 27 November 2011

Pregina Peteng


Pulina Bali kasub ka duranegara sangkaning adat, agama lan budaya. Diastun kamuh lan capuh, cen adat cen budaya langah ada anak bisa medanin. Nanging pajalan agama lan adat suba uli nguni nyidang matanding tandang di Bali. Adat ja to orahanga, agama apa buin. Mamesik cara batun buluhan. Carik, tukad, alas, abing dadi tongos malila cita, liu turis duranegara teka malali ka Bali. Lenan teken alam, Bali mase liu ngelah budaya, luire karawitan lan igel-igelan. Sabilang ada piodalan di pura, sabilang ada karya di pakubon, jeg satata ada unen-unen. Ada unen-unen wawalian, anggon pamuput karya, ada mase unen-unen babalian, anggon malila cita. Makejang unen-unenne di Bali suba kasumbung. Pregina di Bali makacakan.

    Nuturang unduk pragina, tiang inget satuan adin tiange ane dadi wartawan. Diastun maawak luh, adin tiange ento wanen. Suba biasa maan liputan sekala niskala. Apabuin salian dadi wartawan, merangkep dadi redaktur misteri. Nyabran minggu, suba janten koranne misi carita ane aeng-aeng. Carita balian sakti, pura muang tongos tenget. Adin tiange ento liu nawang tongos anak matetamban alternatif. Makanti ajak jero balian, jero tenung, jero mangku nganti sri empu lan peranda. Makejang dadi kanti baan para anak sakti ento taen sinahanga di koranne. Liu anake kasub, ngancan kasumbung baan ngenah di koran. Ulian kapromosiang, anake ane sinahanga di koran ento laut dadi kanti.

    Adin tiange, ane maadan Kadek Wulandari liu mase ngelah timpal pragina. Dalang, pragina arja, pragina topeng, sendratari, nganti pragina kontemporer makejang anggona timpal. Soroh balian, jero mangku, jero dasaran, sangging, sri empu muang peranda nganti sakancan pragina makejang nawang adin tiange. Dadi wartawan nulis ane tenget-tenget, liu mase anak menyadinin ipun. Dugas meli kopi, ada anak nyailin. Kopine imbuhina serana. Agetne, adin tiange tusing taen kena rerajahan buka keto. Widhinne aget gede. Satonden luas ngalih berita, adin tiange satata muspa di sanggah. Nunas taksu lan nunas kaselamatan, karahayuan lan karahajengan ring Ida Bhatara Hyang Guru lan Ratu Ngurah Panunggun Karang. Taen dugas ngateh adin tiange wawancara di Desa Kobra – kala ento desanne sedeng rame nguyutan Pocong – ada anak ngendahang. Dugas ukune nginem kopi nadak gelase belah mara usudina ajak adin tiange. Tepuk tiang di tanekan kopine celedu mawarna gadang ngrayang. Soleh tumben jani nepukin celedu mawarna gadang, keto krebetan keneh tiange.

    “Ampura Gek, belah gelase!” anak odah ane ngemaang kopi ento kabilbil.

    Tiang buung nginem kopine, takut kopin tiange mase misi celedu mawarna gadang. Tiang mapi-mapi ngoraang kopine panes, takut kebus.

    “Ampura Gek, odah suba tua, tusing tawang gelase ane renyah bakat jemak. Jantos dumun, bangyang odah nyumunin ngaryanang wedang,” keto odahe ento nyaruang kabilbilne.

    “Ten napi mbah, sampunang malih makarya wedang. Belin tiange anak tusing taen ngopi, nika gen dum tiang. Sampunang ja repot-repot,” adin tiange nyautin.

    “Ten kenapi Gek, bangyang odah nyumunin ngaryanang wedang. Jantos dumun jebos, odah pacang ka paon,” suud ngomong anak odah ento matekep botol, seng, ngrengseng ka paon.

    Tusing buin makelone anak odah ento teka ngaba kopi. Buina nunden adin tiange nginem kopine ento. Adin tiange tan pajejeh nginem kopine ento. Anak odah ento tingalin tiang makenyem. Kadek Wulandari laut nunden tiang bareng nginem kopine. Jeh nyeh tiange sing kodag-kodag, jejeh kopine misi data-data utawi sarana. Yaning tusing inem, sinah anak odah ento lakarang pedih. Yen inem, bedak lan kiape pastika suba ilang, kewala tan sadia misi cetik, sinah tiang mati nyeleketek. Tiang nyukehang makiba, cara anak ngajeng buah simalakama.

    Sambilang magendu wirasa, anak odah ento laut nuturang raganne dugas bajang dadi pragina joget. Sabilang peteng liu sekaa jogede nanggap. Saking laisne, anak odah ento sawai ngigel ngedit sabilang peteng. Anak odahe ento nuturang, joged bumbung dugas malu tusing ada misi goyang ngebor cara janine. Yapitui tusing misi goyang ngebor lan goyang patah-patah, pragina Jogede satata lais kaupah. 

    “Joh saih bandingang teken jani, yen jogede sing misi goyang ngebor, sinah lakarang udu. Tusing ada anak mamayu. Ento makrana joged janine lebian ngenahang jaruh. Maimbuh jogede bani nyelelegang pangibinge. Odah maraga luh nepukin suba kimud. Men dija pejanga moralne pragina-pragina bajange jani,” anak odah ento jengah nuturang unduk pragina jogede jani.

    Yen dadi pragina, anak odah ento ngimbuhin, apang satata ngemel etika lan estetika. Tusing melah dadi pragina porno utawi jaruh. “Pragina kaketo tuwuhne bawak. Mara ngenah sajan lais, tusing buin akudang bulanne suba udu. Tusing payu. Ento makrana odah sesed teken bajang-bajange jani apang satata ngemel etika lan estetika.”

    Tiang tuah anggut-anggut ningeh tutur anak odah ento. Adin tiange, Kadek Wulandari, kumuh nyatet tutur anak odahe ento. Tatujon luas ka Desa Kobra sujatine tuah ngalih orti unduk pocong, dadi makirigan. Adin tiange maan lampah luwih, nyantep lakar ngenahang anak odah ento di koranne. Sajan wartawan, sakancan apa ja dingehe seliwah, suba pasti lakarang seseda. Adin tiange nglanturang wawancarane, anak odah ento cara mimis, ngereped pesu munyinne. Kewala yen singsalne ajak patakon pocong, anak odah ento satata milegang raos. Satata ngortaang dugase bajang dadi pragina joged kasumbung ka dura negara. Dugas bajang cerik, anak odahe ento ngaku taen ka luar negeri akan Ketut Maria, pragina pangawi Oleg Tamulilingan ane jenek di Tabanan. 

    “Dugas cerik odah taen ka Amerika ajak bapa Ketut Maria. Odah uli cerik suba demen ngigel Oleg, maimbuh pragina uli Bali taen ngrasayang luar negeri,” keto abet anak odahe ento. Ane sanget ngae tiang matakon di kenehe, nguda sabilang takonina indik pocong, anak odah ento satata nguntul. Satata ngabadingang raos. Tiang curiga, tusing nyen anak odahe ento dadi pocong. Tiang curiga mapan sabilang takonin, satata ngilegang raos. Sabilang dengneng paningalanne satata nguntul. Kocap, manut lontar sane kasurat ciri anak bisa ngleak luire tusing demen sesed turin lek-lekan. Keto mase onyah dugas ajak ngorta. Yen dengneng, paningalanne satata nguntul. Tiang curiga anak odah di malun tiange ento anak sakti maimbuh ugig. Sawireh nyidang ngisinin kopine celdu mawarna pelung. Buina celedu di kopine diastun  yehe panes meluab, celdenu tusing mati. 

    Suba jangkep patakone Kadek Wulandari, tiang laut ngatehang ipun ngetik di kantorne. Kantor koran di tongos adin tiange magae ada di margi By Pass Kediri – Pesiapan, utawi cacakan banjar Gerokgak. Adan koranne Wacana Bali, marupa koran mingguan. Disubanne neked di kantor, Kadek Wulandari nunden tiang mulih. Kewala buin orina ngalih jam solas peteng. Sawireh suba biasa layoute nyidang mragatang koranne sawatara jam monto.

    Jam dasa tiang suba majalan uli jumah. Pajalan uli jumah ngalih kantor koranne ngliwatin Desa Kobra, genah anak odah ane wawancaraine tuni semengan teken adin tiange. Di desa ento rame kasambatang sabilang peteng ada pocong kejag kejog di rurunge. Majujuk bulun kalong tiange ngliwat di desanne ento. Tiang ngamikmik nguncarang Gayatri Mantra di kenehe, apang tusing ada anak ngendahang di margane. Jam dasa, desa Kobra suba suwung gamblung. Krama desanne suba ngamatiang suluh. Langah ada listrik nyenter jam monto.

    Setengah solas tiang suba neked di kantor koranne. Tumben adin tiange selidan suba suud magae. Berita lan artikel suba jangkep. Layoute mase suba mragatang gae, kuangan ngaba ka percetakan dogen. Neked di kantor Kadek Wulandari maan ngaenang tiang kopi. Ipun nunden tiang ngopi apang di jalanne tusing kiap. Adin tiange mula saja rungu teken beline. Tiang mase kaliwat sayang teken adi. Ento ane ngaenang tiang satata ngateh ipun ideh-ideh ngalih berita.

    Suud ngopi, tiang laut magedi mulih. Satpamme laut nyereg pintu gerbang. Makejang ajak mulih selidan. Pajalan montor vespa tiange ngrengseng nuluh jalan. Neked di desa Kobra, nadak sara montor tiange mati. Selenger-selenger nganti kenyel tusing mase nyak idup. Bulun kalong tiange majujuk kala inget satua di desa Kobra sabilang peteng ada pocong gentayangan. Tiang pesu peluh, yapitui gumine dingin. Inget tiang mase teken anak odah ane wawancaraine tuni semeng teken Kadek Wulandari. Tiang nyajang pesu gerap.

    “Bli lan dandan gen montore, nyen nawang jam mone ada bingkil nu mabukak!”

    Tiang laut nandan montore. Neked di pengkolan paek jumah anak odah ane wawancaraine tuni teken Kadek Wulandari, bayun tiange macepol. Di beten tiang listrik lampu mercuryne tiang tinglis ningalin muan anak odahe tuni semengan sedeng ngigel joged. Bokne magambahan. Nyonyone nglenteng dawa. Makamen duur entud. Tiang kena baan ngigetang jejaeg anak odahe ento. Apabuin ipun ngigel di malun umahne, ane misi tiang listrik lampu mercury.

    “Bli, tingalin ja beten lampu merkurine. Ada joged ngigel tan ada anak ngibingin. Mirib i dadong inget lampahne dugas bajang lanji dadi pragina joged. Kamulan joged ngigel peteng-petengne. Kewala petenge jani i dadong seliwah,” adin tiange ngomong kemik-kemik.
    
    “Ne mirib maadan pragina peteng, Dek!”


Made Sugianto

 

Cinta Seorang Gadis Cantik

Aku seorang perempuan remaja yang beranjak dewasa. Dengan tinggi 160 cm, rambut hitam panjang, melewati pundak. Aku terlihat cukup sempurna di mata lelaki. Setidaknya, itu kuketahui dari bisik-bisik mereka tentangku. Kenapa aku tahu? Menguping? Tentu tidak. Sebagian karena mereka terang-terangan mengatakannya di depanku. Menggodaku, tapi aku cuek saja. Sebagian lagi dari gosip sesama perempuan teman sekelasku.

Banyak teman lelaki, sekelas atau dari kelas lain juga dari kakak tingkat yang mendekatiku. Aku sempat merasa begitu tersanjung, kagum pada diriku sendiri. Aku merasa begitu populer di sekolah. Jika hari valentine tiba, bisa dipastikan akulah gadis yang paling banyak menerima ucapan selamat di tanggal 14 Februari itu. Entah melalui pesan singkat, sapaan langsung, kartu ucapan, mawar, coklat, boneka, kado, dll. Sebagian dari pemberian para lelaki itu, aku tak berencana ingin memilikinya.

Tak jarang aku harus terbiasa dengan hari valentine yang selalu mengundang dan memunculkan niat para lelaki untuk menyatakan cintanya padaku. Tapi kutolak semua. Tak ada lelaki yang kucintai. Mungkin karena banyaknya jumlah mereka, aku tak yakin dengan lelaki-lelaki itu. Setidaknya belum, belum kujumpai lelaki yang sungguh-sungguh mencintaiku.

Kau penasaran? Kenapa tak ada lelaki yang kuterima cintanya? Karena aku masih ingin sendiri. Menikmati hari. Sendiri itu menyenangkan. Aku bisa meluangkan waktu untuk belajar atau membaca dan mengetahui banyak hal. Aku ingin belajar banyak hal, ingin tahu mengenai hal-hal yang tak kutetahui.

Terkadang sempat terlintas dipikiran, keinginan memiliki pendamping. Dan terkadang aku lebih yakin tentang jodoh yang tak akan lari kemana pun. Lebih yakin lagi, bila sudah jodoh, pasti dia yang entah siapa akan jadi pacarku suatu saat nanti.

Orang tuaku malah tak sependapat tentang sikapku itu. Mereka selalu bertanya padaku, mengapa aku tak juga memiliki pacar. Mereka sangat khawatir. Berkali-kali pertanyaan mereka kutepis dengan pernyataan, aku masih mau menyelesaikan studiku dulu. Enteng, bukan. Itulah aku yang tak ingin direpotkan mengenai lelaki.

Tetapi, jawabanku itu tidaklah cukup untuk memuaskan rasa ingin tahu kedua orangtuaku. Setiap makan malam, mereka selalu memberondongku dengan segudang pertanyaan juga bujukan. Dari makan malam ke makan malam berikutnya. Dari hari ke hari. Hingga waktu berputar lagi, dari pagi, malam dan pagi kembali serasa menggangggu. Selalu muncul lagi pertanyaan-pertanyaan mereka di benakku.

“Mama takut, kamu tak menyukai lelaki,” kata ibuku.

“Atau jangan-jangan...” kakakku mendadak menimpali.

“Maksudnya?” ibuku penasaran.

Kedua oarangtuaku sepertinya tak sabaran melihatku menggandeng seorang lelaki. Mereka mulai aneh dan terlalu jauh menafsirkan tentang diriku. Begitu juga kakakku itu. Tapi, apakah benar yang dikatakan mereka itu? Kurasa tidak. Aku baik-baik saja.

* * *

Bermula dari ajakan sahabat satu kampusku. Suatu hari dia menelponku, menanyakan keberadaanku.

“ Cin, kamu lagi dimana?” katanya.

Dia masih memanggilku seperti dulu, Cinta, disingkat dengan Cin. Panggilan akrab dari seorang sahabat lama.

“Sudah lulus ya?” dia keheranan. “Wah, hebat. Kalau begitu kamu harus traktir aku ya?” desaknya.

Dan aku mengiyakan ajakannya. Aku sudah berjanji padanya, dulu, ketika masih bersama-sama kuliah menempuh pendidikan S1. Kami berteman akrab. Satu kos. Saling curhat, kadang sampai pagi dan tidur pun seranjang. Maklum kami selalu mencari tempat kos yang murah meriah.

Akhirnya, malam itu kami tertawa. Girang dan bahagia. Cekikikan, terbahak, sesekali saling meledek seperti masa SMA dulu. Banyak hal yang kami ulas dan ceritakan. Tentang dia yang kini sudah memiliki suami dan anak. Tentang diriku yang masih lajang hingga usia 30 tahun. Tentang segala hal. Juga tentang teman-teman cowok yang sering PDKT ketika SMA dulu. Kami hanyut dalam obrolan tanpa ujung itu.

Sampai waktu di jam tangan menunjukkan dini hari. Tak terasa waktu cepat berlalu. Begitulah obrolan yang selalu mampu meringkas waktu. Dan akhirnya, dia menawariku untuk menginap dirumahnya.

Aku mengiyakannya. Tak curiga atau berprangka buruk padanya. Toh sejak kuliah kami memang selalu bersama.

“Yang penting tak mengganggu keluargamu,” kataku, sambil tersenyum.

“Mumpung suamiku lagi tak ada,” jawabnya, juga dengan senyuman.

* * *

Sekarang, aku harus menggadaikan cintaku di tempat ini. Aku harus bersabar menunggu setiap lelaki yang sudi mampir walau hanya berbekal cinta kilat dan akan lenyap dalam semalam saja. Dari malam ke malam begitulah, aku menunggu lelaki demi lelaki yang sudi mampir.

Apa kau mau tahu pekerjaanku? Pekerjaan menunggu lelaki. Itu yang kulakukan. Pekerjaan yang sangat tak sesuai dengan keahlianku. Aku seorang sarjana. Dikatakan, seorang yang berpendidikan tinggi. Tapi kini berusaha merelakan, menggadai tubuhku di tempat pelacuran ini.

Temanku, yang setahun lalu mengajakku makan malam untuk merayakan kelulusanku lalu menawariku untuk menginap, ternyata ia dan suaminya adalah sepasang mucikari. Aku ditipu olehnya. Aku disekap dan diancam setelah sempat menginap di rumahnya. Semenjak itu aku dipaksa melayani setiap lelaki yang datang ke rumahnya. Rumahnya tempat pelacuran yang berkedok salon kecantikan.

Kini walaupun temanku dan suaminya sudah ditangkap polisi. Ketika ada seorang polisi yang tak sengaja datang untuk pelesiran. Dan tak sengaja pula dia memilihku untuk melayaninya malam itu. Dan tak sengaja pula malam itu kami hanya bercerita panjang lebar hingga tak sengaja kusampaikan siapa aku dan mengapa bisa berada di tempat ini.

Entah kebetulan, esoknya, tempat pelacuran yang telah menyekapku sekian tahun diciduk polisi. Dipimpin langsung oleh lelaki yang semalam minta ditemani olehku itu.

* * *

Ah, sekarang aku menyesal. Menyesal dengan semua penolakan yang pernah kulakukan pada lelaki yang datang membawa cintanya padaku. Menyesal karena aku terlalu fokus, sentimental berlebihan dan teramat mementingkan studiku, menggilai studi tepatnya. Menyesal karena aku merasa cantik. Merasa paling cantik dari perempuan kebanyakan. Menyesal pada pernyataanku sendiri bahwa bila sudah jodoh, pasti dia yang entah siapa akan jadi pacarku suatu saat nanti. Sehingga saat itu aku luput pada lelaki yang tak pernah kusadari begitu mencintaiku dengan sepenuh hati.

Dialah, polisi yang menyelamatkanku. Dia juga temanku di sekolah menengah dulu. Dia berniat menikahiku. Tapi, aku menolaknya. Aku telah kehilangan kesucianku, tak akan mampu memberi keturunan padanya. Aku divonis kanker rahim juga AIDS. Umurku tak lama lagi.

Suatu hari, saat matahari berada pada titik tertinggi, tepat di atas kepala. Pada saat itulah aku merasa sangat cemas pada keadaanku. Pada tubuhku yang mulai tak biasa. Ada sesuatu yang tak biasa akhir-akhir ini. Aku tak begitu paham apa yang terjadi, tapi, mungkin inilah keanehan yang baru kuketahui bahwa aku memilikinya. Keanehan ini berada di dalam tubuhku. Sebentar lagi. Aku menemuimu Tuhan.

Denpasar, 2010 –2011
Putu Gede Pradipta

Jumat, 18 November 2011

Begal

Ada agetne tiang malajah silat uli cerik. Agetne matumpuk, bapan tiange padidi ane dadi gurunne. Tiang ajahina silat Perisai Diri. Dugas malajah silat ento, tiang ajahina nyerang, keto mase ajahina makelit utawi menghindar. Sujatine ilmu silat, perisai diri, kertha wisesa, bhakti negara, merpati putih, karate, taekwondo napi ja malih luire ilmu persilatan jurusne tuah patuh; nyerang lan menghindar.


Diastun uli cerik tiang bisa memencak, turin taen maan juara dua kejurda di Denpasar, tiang sujatine tusing bani majaguran. Tiang paling gerap majaguran. Bapan tiange ngorin, tusing ada melahne majaguran. Jelekne liu lakaran tepuk. Conto; ulian demen majaguran iraga lakarang liu ngelah musuh. Ulian demen majaguran, iraga sawai kena baya. Luire bibih beseh, lima lung, batis lih, mua sebuh lan ane lenan. Paling luunga gelarang jurus ane nomor dua, ngelidin majaguran.

Tiang inget dugas karerenan anak muani di tikungan patung Dewi Sri Sanggulan. Dajan jembatan, di malun dagang bedeg. Dugas ento tiang mara narik pipis di BRI Tabanan. Kabenengan di malun dagang bedege tepukin tiang anak muani luntang lantung. Ipun laut ngarerenang tiang. Plaib montore kaadengan turin mareren di malun anake ento. Abedik tiang tusing ngelah rasa cenidra, anake ento lakarang mabuat begal.

“Lakar kija, Gus?” keto ia matakon.

“Lakar mulih, Bli. Ada apa?” tiang nyautin.

“Uli dija ci?” munyinne kasar. Tiang paling tusing demen ada anak nyambat cai ajak tiang.

“Kenken keneh ci ne?” tiang nyautin mamedih.

Tiang ba uku tuun uli montore. Tiang mula enggal memanes. Apabuin tingalin tiang anake ento bungkulanne masaih ajak tiang. Jeg makita nyobak jurus silate. Yen tiang ngantem anake ento pasti pingsan baan tiang. Yen gemelan tiange ngenen anake ento, yen sing kena sinah sing kenken. Ada kenehe majaguran ajak anake ento.




“Ngidih roko sik,” keto abetne anake ento.

“Tiang sing ngroko!”

“Sing ngelah roko, pis idih sik neh!” buin ia nagih ngidih.

“Tiang sing ngelah pis!”

Anake ento nengneng tiang. Tiang mase nengneng ipun. Bayun tiange gede dot ngantem anake ento. Apabuin bungkulan tiange ajak pengawakne masaih. Tiang inget tuturina teken bapan tiange, yen dot majaguran antem malunan. Karwanang pukulanne ngenen, uleng cadikne. Anggon jurus swing, yen ngenen pasti anake kena jagur lakarang bah, waluya Mike Tyson dugas jagura teken Lenox Lewis. Ngeseksek turin maan itungan juri.
Ngerepet jerijin liman tiange mamesik. Bayunne kauleng di gemelanne apanga nyajang siteng. Mara ukune tiang nyagur anake ento, wat gerap tiange mamesu. Paningalan tiange celang nepukin bangkiang anake ento. Sledet tiang, di bangkiangne nyelet tiuk. Buin tiang inget tutur i bapa. 

“De, mani puan yen suba masa baya, da pesan mapas. Apabuin hitung-hitungan di atas kertas keweh asane menang. Da pesan nyerang, anggon jurus ane nomor dua, jurus menghindar,” keto tutur bapan tiange mangieng di kuping.

“Bli, tiang tusing ngelah roko, keto mase tusing ngelah pipis. Ampura Bli!” keto tiang ngenduk ajak anak muani mabaju putih, macelana bawak ento.

“Uli dija ci?” buin anake ento matakon. Tiang buin gedeg ada anak campah ajak tiang, kewala kal pejang gedege di tengah basange. Itung-itungan di atas kertas, keweh asanne tiang menang nglawan ipun. Yapitui tiang precaya, yen tiang mesuang jurus swing, pasti anake ento bungker, yen saja kena. De sing kena, mabalik raga baya. Ia nyajang turin ngawag nguyeng tiuk, tangkis aji lima sinah liman tiange pegat. Cara Tugus dajan banjar tiange, dugas masiat rikala Marga Berdarah nepis pedang aji lima, payu maoperasi. Tiang laut adeng-adeng mapineh.

“Tiang uli Marga, Bli!” saut tiange.

“Cang sing penting cau uli dija, serahang dompete!” ia maekin tiang.

Maan tiang pranyama ping telu. Mara gedeg tiange ilang. Jeg makeneh sajan nyakcak anake ento. Dot sajan nyobak jurus-jurus silat ane bakat plajahang uli cerik. Ada keneh ngedengang ajak anake ento, iraga taen maan juara dua, medali perunggu dugas Kejurnas PD di GOR Ngurah Rai. Kewala dugas pranayama, inget tiang teken jurus pamungkas ane wanti-wanti orina ngelarang yening masiat di jalanne.

“Dek, mani puan yen nepukin baya, da pesan mapas. Ingetang pranayama sinah lakarang tenang nyemak keputusan. Bapa ngelah jurus pamungkas; ane nyidang ngaenang iraga selamat. Ada madan jurus kaki seribu,” keto besen bapan tiange mangieng di kuping.

“Mih, jurus kaki seribu, suba karuan ngelah batis dua, maan dija alihang buin sanga ulung dasa kutus apang nyak siu? Kudang tiban mlajahang juruse ento, pa?” keto tiang matakon dugase ento teken i bapa.

“Sing ja makelo. Dalam hitungan beberapa detik,” inget pisaut i bapa gugase ento.

Anak muani mabaju putih, macelana bawak ento nunden tiang mesuang dompet. Buin emosi tiange mamuncak. Tiang mula tusing demen ada anak memaksa. Yen tiang memaksa anak luh dugas matunangan apang bakat jangkutin mara tiang demen. Ne ada anak tusing tawang, maimbuh mara kenal suba bani nunden turin nagih pipis. Apa ia tusing nawang, tiang taen juara silat. Swing cepok pasti bungker. Jeg jani ba lakar cobak jurus silate. Heleme ane uli tuni gemel tiang ukuna anggon ngeplokin anake ento enggal-enggal saluk tiang. Montore kal stater. Plaib montore becat. Payu tiang menang nglawan anake ento. Aget bapan tiange taen ngajahin jurus kaki seribu. Mara tiang ngerti tur nglaksanaang jurus pamungkase ento. Yen sing keto, bisa tiang magorok, turin pipis tiange telas saplar plaibin begal. 

I Made Sugianto