Senin, 05 Desember 2011

Seandainya waktu adalah...


Seandainya waktu adalah aliran air. Tentunya waktu dapat berbelok arah bahkan berbalik. Jika waktu dapat dibengkokkan, maka akan ada orang yang waktunya lebih lambat dari yang lain. Orang-orang itu adalah mereka yang berada di jarak terjauh dari muara yang harus mencapai suatu titik lebih lama daripada kerabatnya yang lebih pendek. Apa yang terjadi dengan orang-orang pada waktu ini?
Mereka akan menjalani segala sesuatunya dengan lambat sekali. Menikmati masa muda lebih lama. Bercengkerama dengan kekasih dengan leluasa. Tertidur tanpa buru-buru terlambat. Mereka berpikiran bahwa hidup harus dinikmati. Bahwa waktu sangat melimpah bagi mereka.
Berbeda dengan orang-orang yang berada di jarak tersempit dari pusat. Besi yang memadat. Waktu bak pelari yang siap menerkammu bila kamu ketinggalan. Mereka yang hidup di daerah ini adalah orang-orang efisien. Mereka harus menyelesaikan semuanya sebelum hari berganti. Mereka tahu waktu mereka tidak banyak.
Suatu saat kedua waktu ini berjalan beriringan. Seperti halnya dua aliran sungai yang saling bertemu. Tentu mereka akan berbicara tentang pengalaman mereka masing-masing. Si A dari waktu adalah harta tak berbatas, akan mengatakan bahwa mereka menceritakan seberapa banyak kenikmatan yang mereka dapat. Sementara si B dari waktu adalah tabungan yang harus disimpan menceritakan seberapa banyak yang telah mereka raih.
Masing-masing punya alasan mengapa mereka menyenangi kehidupan mereka. Sama seperti dunia ini, ada yang berjalan lebih lambat namun dapat melihat bunga bermekaran di taman, sementara ada yang berlari karena sudah tahu apa yang mereka tuju. Toh pada akhirnya aliran-aliran ini akan sama-sama menuju sang pengumpul. Bahwa mereka akan menuju ketiadaan. Ketika ketinggian tidak lagi berperan. Ketika waktu menjadi tak berharga. Ketika semua menjadi tiada.

Seandainya waktu dapat dimanipulasi. Waktu tidak lagi bergerak sendiri dengan kecepatan konstan tanpa batas waktu yang ditentukan. Waktu dapat diatur seperti kita memencet remote pada televisi. Dia dapat mundur, maju, berhenti, dipercepat, atau diperlambat. Jika seseorang menekan tombol dipercepat, dia akan terlempar ke masa depan tanpa banyak mengetahui seberapa banyak jalan yang ditempuh. Dia akan mendapati dirinya telah menjadi tua dan menyesali waktu yang tidak dinikmati. Jika orang itu memencet tombol rewind (mundur) waktu akan menggelinding ke belakang. Air hujan yang jatuh kembali keawan. dia akan mendapati dirinya menjadi lebih muda dan kuat. Tapi ada dilemma disini, orang tersebut tidak akan berani untuk bertindak karena takut masa depan yang terjadi tidak mereka inginkan. Pada akhirnya mereka akan hidup dengan ketakutan karena pengetahuan mereka. Jika orang tersebut menekan tombol memperlambat, karena kebahagiaan yang mereka dapat sekarang tidak ingin hilang lebih cepat, mereka akan mendapati bahwa mereka berada dalam pelukan yang terkasih lebih lama. Bahwa senyum anak yang menggetarkan tidak akan hilang, kejadian ini lama sekali. bahagia menjadi biasa. Dan akhirnya tidak ada lagi kebahagiaan.

Banyak yang menganggap kembali ke masa lampau adalah hal yang mustahil. Karena jika anda terlempar ke masa anda masih remaja, maka dalam riwayat waktu anda saat remaja ada seseorang yang merupakan diri anda di masa depan. Seandainya anda di masa depan bertemu dengan anda di masa remaja, maka anda di masa remaja akan mengingat kejadian tersebut. Mungkin sekali bahwa anda dari masa depan telah tahu bahwa anda akan bertemu anda yang masa depan saat anda masih remaja. Sementara anda masa remaja yang anda dari masa depan temui kemungkinan besar akan menemukan mesin waktu dan menemui anda dari masa lalunya. Tapi bisa saja semua itu tidak terjadi. Anda dari masa depan bisa saja membuat mesin waktu bukan Karena melanjutkan riwayat ditemui dari masa lalu dan belum tentu anda masa remaja akan membuat mesin waktu. Disini anda bukan satu orang. Anda adalah tidak terbatas yang hidup berbeda di dimensi yang berbeda. Seperti anda bercermin sambil membawa cemin.
Terinspirasi dari buku mimpi-mimpi Einstein.   

0 komentar:

Posting Komentar