Kaki Ibu
Lihai sungguh jari-jari kaki ibu
Yang menancapi debu-debu jalan
Hingga matahari yang rebah di tanah
Bangun lewat daun-daun tanaman
Mereka terpanggil oleh hentakan
Gelagat kaki birumu yang merdu
Pun di sebuah pagi yang terlunta
Aku selalu ingin memburu kakimu
Senyum Bunga
Senyuman itu bertumbuh
Mekar melebar kemudian
Senyum itu merawat semai
Calon bunting bakal putik
Nyala Dupa
Menyalalah dalam remang sekalipun
Bertanyalah pada siapa cahaya api jatuh
Bila purnama tak nampak bundar lagi
Penunggang Kursi
Beristrirahatlah lelap lebih menunduk
Lepaskan bentuk penat akut dari wajah
Agar tercipta damai di tubuh juga jiwa
Meja, Telur dan Waktu
Sebelum meja ini patut dikosongkan
Letakan semua di sini setiap telur itu
Sebab lelah sudah waktu memeramnya
Hidup Si Babi
Hiduplah dengan perut makin buncit
Resaplah segala bentuk petuah kata
Jadikan diri segunduk tahi setelahnya
Karya puisinya termuat di media online dan juga berkesempatan lolos kurasi TSI 4.
0 komentar:
Posting Komentar